Kamis, 11 September 2014

FAH Akan Adakan Seminar Internasional

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar dalam waktu dekat ini akan melaksanakan Seminar Internasional "Islam, Literacy and Local Culture" sebagai rangkaian kegiatan Forum Dekan dan Dosen Ilmu-Ilmu Adab (ADIA) se Indonesia. Adapun pembicara dalam seminar tersebut diantaranya Gubernur Sulsel, Prof Dr H dede Rosyada, M.A, Prof Dr Rahim Yunus, M.A, Prof Dr Kathryn Wilson, Prof Dr Stephen Druce, Prof Dr H Rohani H.A. Gani, Dr H Adanan H. Basar, Dr Hj A Majdah Agus Arifin, dan Wahyuddin Halim, MA.

 Kegiatan yang akan diadakan pada tanggal 31 Oktober sampai dengan 2 November juga menjadi ajang pertemuan Almuni FAH dalam rangkaian acara tersebut. Bagi yang ingin berpatisipasi, silahkan hubungi contact person yang ada di poster ini.

Jumat, 05 September 2014

Kreativitas dalam Menyambut Mahasiswa Baru

Ada yang menarik dalam Penyambutan Mahasiswa Baru di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin tahun ini, saat diadakan prosesi kirab sebagai penyambutan, tampak para Pimpinan FAH menunggangi kuda dengan mengenakan pakaian adat Bugis-Makassar. Keunikan yang ditampilkan oleh para Panitia PMB yang berasal dari BEM FAH dan HMJ sejajaran ini menjadi perhatian para sivitas akademika pada saat berlangsungnya ceremonial tersebut.

Barisan cerah dengan pernak-pernik kuning digunakan para mahasiswa baru semakin memberikan kesan yang ceria dan meriah, apalagi di iringi suara gendang khas lokal yang semarak. Seperti tahun sebelumnya, kegiatan ini merupakan sebuah upacara memasuki fakultas bagi adik-adik mahasiswa baru. Kegiatan ini selain menampilkan kreativitas mahasiswa, juga membangun silaturahmi yang lebih terbuka kepada seluruh sivitas akademika FAH.

Selama 2 hari mahasiswa baru FAH di perkenalkan suasana akademik dan kampus. Selain itu, para mahasiswa yang tergabung dalam HMJ dan BEM juga menyampaikan urgensi dan manfaat dalam berorganisasi. Disamping itu para pimpinan fakultas, jurusan, dosen-dosen dan staf mengenalkan diri dan tugasnya masing-masing. Semoga tahun berikutnya lebih kreatif dan membangun mahasiswa FAH yang lebih kreatif.

Selasa, 15 April 2014

HIMAJIP UIN Alauddin Gelar Seminar Nasional

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin Makassar mengadakan kegiatan Seminar Nasional Perpustakaan “Transformasi Kepustakawanan Indonesia di Era Informasi di Audiotrium UIN Alauddin Makassar, kemarin (27/3/2014). 


Pada kegiatan ini hadir sebagai pembicara yaitu Nilma,S.Sos,MM (Ketua IPI Sulsel), Dr. Muh. Nadjib,M.Lib (Kepala Perpustakaan UNHAS), Kepala BPAD Sulsel, dan Tulus Wulan Juni Pustakawan Berpestasi Sulsel. Kegiatan ini dihadiri juga oleh ketua Jurusan Ilmu perpustakaan, dalam sambutannya menyampaikan bahwa jumlah mahasiswa Ilmu Perpustakaan di UIN Alauddin Makassar sekitar 600-an orang dan telah melahirkan alumni sekitar 250 orang, dan patut disyukuri bahwa 100% semuanya telah terserap didunia kerja terutama di Perpustakaan.

Perkembangan teknologi informasi yang harus bertransformasi ada 3 hal yaitu Perpustakaan, Pustakawan/Penerjemah dan Pusat Informasi. Akibat transformasi teknologi maka juga berakibat transformasi sosial. Ciri-ciri era informasi segala sesuatunya terdiri dari informasi, pekerja-pekerja seperti pedagang dan petani tergantung kepada informasi informasi seperti masyarakat di Singapura. Pada intinya seorang pustakawan harus merubah perilaku, menambah pengetahuan dan wawasan agar searah teknologi, sehingga pustakawan sejajar dengan profesi yang lain bahkan dapat menjadi penting, Ujar Dr. Muh. Nadjib, M.Lib (Kepala Perpustakaan UNHAS) yang juga selaku narasumber.

Minggu, 06 April 2014

PENTAS PERKENALAN Komunitas Seni Adab (KisSA)

Komunitas Seni Adab KisSA baru-baru ini pada awal bulan april melakukan pentas perkenalan dalam rangka perekrutan anggota baru atau biasa di sebut PEKA SENI VI.
    
Pada kegiatan ini, banyak pementasan yang dilakukan KisSA diantaranya, Teater Arena yang membawakan naskah dari salah satu senior KisSA yaitu Kanda Muh. Taufiq Syam yang berjudul lobby. adapun dalam teater ini dimainkan oleh 4 orang anggota KisSA yaitu Arang, Zul, Marsu, dan Atika. dalam pementasan teater ini ternyata direspon baik oleh penonton karena memiliki makna yang sangat mendalam yang tidak bisa di ungkapkan oleh mahasiswa, lewat teater ini kami bisa mengungkapkannya. Disisi lain KisSA juga mementaskan Musik dan Puisi, Puisi yang di bawakan adalah karya-karya dari anak KisSA itu sendiri.
    Di Sekretariat panitia PEKA SENI VI (TPS VI), KisSA juga melakukan pameran karya dari anak KisSA sendiri, ada berbagai macam puisi, rupa, dan masih banyak lagi,
Komunitas Seni Adab (KisSA) selalu dan akan selalu berkarya karena yang menjadi motiviasi mereka untuk berkarya adalah KARENA NAMA AKAN MATI TANPA KARYA.

Rabu, 26 Maret 2014

UP GRADING BEM-FAH

Baru-Baru Ini BEM-FAH UIN Alauddin Makassar mengadakan UP GRADING pada tanggal 21-22 Maret 2013 yang bertemakan "Keberagaman dalam membangun kebersamaan berlembaga" bekerja sama dengan HIMABSA dan HIMABSI, kegiatan ini dihadiri oleh hampir seluruh pengurus BEM-FAH, dan di buka langsung oleh Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Adab dan Humaniora.
  
Dalam UP GRADING ini, banyak materi-materi yang sangat berguna yang di turunkan untuk menjadi pengetahuan awal bagi pengurus untuk melaksanakan tugasnya di dalam lembaga ini. Adapun yang menjadi pemateri adalah mantan Ketua BEM FAH yang sedikit banyaknya mengetahui problem-problem yang ada di dalam lembaga serta bagaimana cara mencarikannya solusi.

Kamis, 06 Maret 2014

TAN MALAKA DAN PELARANGAN DISKUSI

Irsan, Pustakaman Studio Baca Alauddin
Sudah dilangit kami melintas
terbang melayang kebumi lain.
Namun Akal pantang tewas
Asal masyarakat terus menjamin. (Tan Malaka, Madilog) 
Tanggal 19 Februari 1949 adalah hari yang misteri dan tragis buat Ibrahim Datuk Tan Malaka mengusung revolusi dan kemerdekaan Indonesia. Tepat pada hari ini 65 tahun yang lalu, Tan Malaka mengakhiri perjuangannya, oleh tembakan yang menidurkan ia selamanya. Tan Malaka adalah tokoh yang kontroversial dalam sejarah pemerintahan Indonesia, mulai dari pra kemerdekaan hingga saat ini. Tetapi namanya masih berkibar dan berkobar oleh manusia-manusia yang setia dengan ideologinya dan antuasias mengkaji karya-karyanya. Dalam Berbagai literatur, Tan Malaka dianggap sebagai tokoh gerakan kiri, sebagaimana dipaparkan oleh Harry A Poeze dalam bukunya Pergulatan Politik Tan Malaka 1925-1945. Ini bisa dilihat ketika ia aktif dalam gerakan kiri yang saat itu berjuang melepaskan bangsa dari belenggu kapitalisme, imperalisme dan kolonialisme. Bagi Poeze banyak karangan dan pemikiran Tan Malaka yang orisinil, berbobot dan brilian.

Rabu, 19 Februari 2014

KERJA MAKSIMAL PROGRAM KERJA BEM-FAH

Baru-baru ini BEM-FAH melaksanakan Rapat Keja periode kepengurusan 2014-2015 pada tanggal  1-2 Februari 2014 di Benteng Somba Opu Makassar. Kegiatan yang bertema "Terwujudnya Maasiswa Fakultas Adab dan Humaniora yang Berkarakter dan Berkarya" di hadiri oleh para pengurus yang terpilih dan juga mahasiwa Fakultas Adab dan Hmaniora. Hadir Wakil Dekan I FAH yang membuka acara Rapat Kerja tersebut. "

Beberapa program kerja yang telah dirumuskan akan selanjutnya dilaksanakan dengan maksimal, diantaranya Adab Expo yang merupakan kegiatan besar, sehingg
a diharapkan kerja maksimal dan kolektif seluruh pengurus", kata Suriadi Ketua BEM-FAH.

Selasa, 18 Februari 2014

“DULCE ET UTILE”

Penulis : Delukman A  (Alumni BSI FAH) 

Dulce yang berasal dari bahasa latin bermakna Enjoyment dan Utile yang bermakna Usefulness. Dalam setiap karya sastra pastilah terdapat dua hal pokok tersebut; enjoy dan useful. Enjoy bisa bermaknya dalam karya sastra yang dibawakan pasti ada hiburan tersendiri (artistic insight). Usefulness merupakan hal yang tersirat dan tersurat dalam karya sastra tersebut, bisa berupa pesan, sindiran, opini, pernyataan, dan penyampaian rasa akan hal yang ingin disampaikan penulis.
Dulce et utile dapat juga berarti manis dan berguna manandakan bahwa sastra bukan saja manis untuk dinikmati sebagai sebuah karya, tetapi berguna. Dalam hal manisnya maka karya sastra itu dapat dilihat dari sudut pandang estetika, ataupun dari sisi intrinsik (strukturalisme murni). Apa yang ditampilkan seorang penulis atau pengarang adalah sangat mungkin memainkan keindahan bahasa dan imajinasi yang ia gunakan untuk menggugah pembaca, hingga saatnya pembaca akan merasa terbawa oleh suasana pada novel tersebut dan terserat dalam merasakan apa yang terdapat dalam novel tersebut atau disebut dengan dream in literature. Keindahan alur cerita (plot) dan juga penokohan (character) hingga pada konflik dan memuncak pada klimaks adalah keahlian seorang penulis dalam merangkai unsur intrinsik menjadi suatu yang menarik untuk kita nikmati.
Salah satu kegunaan karya sastra yang menarik banyak pemikir dan kritkus adalah kegunaan karya sastra terhadap dunia sosial (sosiologi sastra).  Bagaimana karya sastra itu dibentuk oleh masyarakat, kemudian masyarakat dibentuk oleh karya sastra. Karya sastra sangat penting kedudukannya dalam sebuah masyarakat. Seperti apa yang diutarakan oleh Wellek dan Warren (1976:94) Literature is a social institution, using as its medium language, a social creation. sastra sebagai sebuah institusi sosial dan juga sebagai media. Dalam fungsinya sebagai media maka sastra dapat menyampaikan apa yang terjadi dalam masyarakat. Apa yang kemudian dianggap taboo dan harus dijaga dalam masyarakat, karya sastra dapat membawanya menjadi sesuatu yang wajar untuk dibicarakan. Beberapa karya sastra yang menyimpang dari norma sosial contohnya salah satu karya dari William Shakespeare “Hamlet” dimana terdapat pertentangan nilai yang tidak wajar dalam kehidupan sehari-hari, tapi mungkin saja terdapat cerita yang sama dengan Hamlet dalam masyarakat.
Di indonesia ada juga karya sastra yang tertuang dalam puisi, novel, drama maupun roman yang menggambarkan situasi yang terjadi dalam masyarakat, sebut saja roman-roman Pramoedya Ananta Toer, novel dari Buya Hamka, Andrea Hirata dengan trilogi laskar pelanginya dan masih banyak lagi. Karya-karya tersebut menjadi salah satu media untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat. Seperti awal kemunculan drama dan dalam proses perkembangannya, dramapun mencoba menguak apa yang terjadi dalam masyarakat dan membawa nilai-nilai kehidupan kedalam sebuah pergelaran dalam bentuk drama. Hal tersebut seperti yang terlihat dalam buku Samekto yang berjudul Ikhtisar Sejarah Kesusastraan Inggris,  dimana ada sebuah bentuk drama yang memperlihatkan setting waktu, tempat dan gerak (three unities) yaitu bentuk drama klasik. Drama klasik betul-betul menggambarkan apa yang terjadi pada seseorang berdasarkan pada fakta yang ada.
  Dalam Social Science Journal “sociology of literature creativity” (Goldmann, 1967:495-496). Goldmann memaparkan relasi antara manusia dengan lingkungannya, manusia dengan pengalaman yang ia dapatkan dari lingkungannya dan manusia sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Goldmann secara terperinci menyebutkan ada lima bagian penting antara sosial dan sastra, secara garis besarnya dapat diterjemahkan bahwa karya sastra yang dihasilkan oleh individu tidak terlepas dari apa yang telah dialaminya (experience). Apa yang dialami oleh seorang penulis (social background) akan berpengaruh pada kualitas karya sastra yang dihasilkan.
  Teori sastra berkembang juga sesuai dengan perubahan nilai-nilai, sosial dan bahkan ilmu pengetahuan yang terjadi dari masa ke masa. Dari sekian teori ilmu yang baru berkembang pada abad -19, maka sosiologi menjadi salah satu teori yang banyak diacu oleh para kritikus atau pun para ahli teori sastra. Hal itu tak terlepas dari fungsi karya sastra sebagai media untuk menggambarkan kehidupan sosial ataupun sebagai kitik sosial terhadap apa yang terjadi pada saat itu. Sebuah karya sastra dapat menjadi propaganda atas apa yang diinginkan atau sesuatu yang diperjuangkan. Seperti yang kita ketahui bahwa sosiologi sastra yang digunakan diawal kemunculannya adalah untuk menjadi sebuah kritik terhadap apa yang terjadi pada masyarakat. Dimana terjadi pergolakan antara kaum kapitalis dan kaum sosialis yang memperjuangkan sesuatu yang menurut mereka harus diperjuangkan demi kehidupan yang lebih layak. Maka karya sastrapun dijadikan sebagai jembatan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dan menyampaikan pesan yang berbau sosialis untuk menentang kaum kapitalis.
  “Litterature is an attempt to make sense of our lives, and Sociology is an attempt to make sense of the ways in which we live our live”, demikian dikatakan Tom Burns dan Elizabeth Burns dalam Pengantar bukunya berjudul Sociology of Literature and Drama (1973: 9). Pendapat ini mendukung apa yang diakatakan oleh Plato yaitu “mimesis” , bahwa karya sastra adalah gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan kita.
Kritik yang dilakukan oleh kaum-kaum Sosiolis telah menyentuh dunia sastra dengan tulisan kritik mereka seperti  Karl Marx, Max Weber, Proudhon sampai dengan Taine, bahkan kalau mau ditelusuri lebih jauh nama Montesquieu dan Jean-Jacques Rousseau tidak dapat kita abaikan. Kajian sosiologis bersifat kritis terhadap “claims” tentang “values of achievement”, dan juga terhadap asumsi-asumsi yang berkaitan dengan perilaku manusia.
Dengan demikian, menurut Rene Wellek, dalam kajian sosiologi sastra,  kita dihadapkan pada tiga hubungan antara sastra dan masyarakat: 1) Sosiologi pengarang, kepengarangannya dan lembaga sastra, pertanyaan-pertanyaan sekitar basis ekonomi dalam penciptaan sastra, latar belakang sosial dan status pengarang, ideologi sosial yang dianutnya baik sadar maupun tidak, 2) Masalah substansi sosiologis, implikasi dan makna sosial dari karya sastra itu sendiri, 3) Masalah resepsi pembaca dan pengaruh sosial sastra terhadap masyarakat, (Wellek, 1976: 96).
Dalam hal ini sosiologi pengarang sangat berpengaruh untuk mempengaruhi pengarang dalam membuat sebuah karya sastranya. Kemudian akan berimbas pada karya yang dihasilkan, apa yang didapat dalam lingkungan maka cenderung akan diimplementasikan dalam karya sastra yang diciptakan. Karya sastra yang akan berpengaruh pada pembaca, hingga melibatkan luapan emosianal (catharsis) (Ratna, 2011:164). Pembaca sebagai penikmat sebuah karya sastra akan turut andil dalam perubahan sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Bagian terpenting dalam sosiologi sastra adalah ketiga faktor yang diatas, yaitu (1) sosiologi pengarang, bagaimana pengarang mendapatkan apa yang terjadi dalam masyarakat kemudian menuangkannya dalam karya sastra. Seperti apa yang dikatakan oleh Goldmann bahwa seorang penulis karya sastra tidak terlepas dari apa yang telah dialami. Apa yang telah dialami oleh seorang penulis akan berpengaruh besar terhadap sikap, sifat, pola pikir dan juga ideologi. (2) kualitas yang terkandung dalam karya sastra yang dihasilkan akan memperlihatkan bagaimana seorang penulis mendapatkan ide yang ia tuangkan dalam karya sastranya, tentunya hal tersebut terlepas pada kaindahan bahasa yang digunakan. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah kualitas cerita yang disampaikan. Nilai yang tertuang dalam karya sastra tersebut dapat juga menggambarkan keadaan sosial penulis. karya sastra tersebut berlanjut pada pengaruhnya terhadap pembaca (3) resepsi pembaca terhadap karya sastra. Pada saat pembaca membaca karya sastra maka secara tidak langsung karya sastra tersebut akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku.