Kamis, 05 September 2013

Memaknai PMB 2013

Kirab PMB 2013
Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) 2013 baru saja berakhir. Sejumlah agenda yang dijalani mahasiswa baru memberikan kesan tersendiri buat mereka. Dimulai dari penyambutan dengan melakukan kirab dari gerbang kampus menuju fakultas sebagai bentuk langkah awal menuju fakultas Adab dan Humaniora. Tidak hanya sekedar seremoni belaka, namun kirab yang dilakukan ini sebagai petanda bahwa dengan barisan yang kokoh dan teratur kita bisa menuju pada satu titik yang diinginkan. Balutan pakaian seperti sarung dan juga berbagai hiasannya menjadikan fakultas Adab dan Humaniora sebagai sebuah identitas yang tidak meninggalkan budaya lokal dan nilai-nilai islam.

Dalam kesempatan itu, para unsur pimpinan fakultas, jurusan, dosen beserta staff dan tata usaha ikut memperkenalkan diri dan tugasnya agar mahasiswa baru mengetahui alur administrasi, akademik dan kemhasiswaan. Selain itu juga mahasiswa baru diberikan materi-materi yang dapat memberikan pencerahan agar nantinya menjadi mahasiswa yang tidak hanya cerdas didalam kuliah tetapi juga diluar dari mengikuti kuliah. Dengan adanya PMB 2013 ini, diharapkan dapat terbangun silaturahmi yang baik sehingga komunikasi antar mahasiswa dan juga dosen serta pimpinan dapat berjalan secara harmonis. Hal ini perlu di maknai, sebab sebagaimana kondisi kampus saat ini yang kelihatannya kehilangan kepercayaan atau kasih sayang.   

Fenomena kampus saat ini rupanya memang berada pada titik yang cukup memprihatinkan, dimana sebagian dari pimpinan kampus maupun dosen seakan tak mendekatkan diri mereka dalam suasana keakraban kepada mahasiswa layaknya seorang bapak dan anak. Hal ini juga belum terlepas dari posisi mahasiswa yang sepertinya dijadikan objek bukan subjek dari pendidikan sehingga memungkinkan mahasiswa berprasangka buruk oleh setiap kebijakan. Melalui momen PMB 2013 ini diharapkan muncul kesadaran bersama bahwa pentingnya sebuah lingkungan yang "bersahabat dan berkeluarga" sehingga apa yang dicitakan seperti pencerdasan, pencerahan dan prestasi itu bisa tercapai. Dan pada akhirnya, mahasiswa hadir untuk menegaskan diri mereka adalah manusia yang bukan manusia sempurna.

THE DEATH OF ROMANCE

Spanduk Kritikan Penyambutan Mahasiswa Baru 2013
Sendi-sendi peradaban kini bergerak kaku,  lamban, dan terlampau mudah ditebak. Dunia telah kehilangan penyihir, dan peramalnya. Para tenung terkurung di antara gedung-gedung tinggi menjulang. Bintang-bintang kehilangan cahayanya di malam hari, dan di siang hari matahari hanya menciptakan bayangan tanpa kehangatan. Malam sebagai talang untuk berkontemplasi terganti oleh perbincangan abal-abal lewat jejaring sosial. Maka tak ayal para nabi begitu skeptik meramalkan abad kita ini tak akan lagi ada manusia yang bertemu jibril lewat mimpi. Sebab mimpi kita telah diatur sedemikian rupa untuk semata-mata mengejar kekayaan dan kehormatan.
Pikiran romantik pernah berkali-kali bereinkarnasi menantang kemapanan. Peradaban sesekali tersadar, merongrong pemimpin-pemimpin salim lalu kembali meredup seiring munculnya tirani. Romantik mengajarkan manusia agar tak perlu merasa takut karena mereka hidup di bumi manusia. Ia mengajarkan pula tentang cinta dan kasih pada sesama, mengerti hak masing-masing tanpa harus mengerahkan kekuasaan untuk menaklukkan dan merebut hak orang lain.
Pada mulanya adalah kata. Kata mengutarakan bahasa, dan bahasa tercipta untuk mengungkapkan perasaan cinta. Namun masa romantik telah kronis. Nafasnya tersengal oleh sumpalan laras, dan pentungan. Kata-kata kasar, gertakan, dan cacian telah menyelimuti kota. Manusia digunakan sebagai alat peradaban bukan tujuan. Saintis mendesain mesin, Guru-guru sibuk mencetak buruh, dan ahli dan penegak hukum hanya terfokus membangun penjara. Kampus tak lagi menciptakan manusia.
Ketakutan adalah pembunuh rasa kemanusiaan yang paling nyata. Kekerasan dan pembunuhan dilegalkan negara. Keluwesan berfikir manusia dipandang sebagai energi negatif yang mesti dibasmi. Sistem sekuriti diperketat. Perguruan tinggi yang diharapkan sebagai pabrik pencetak peradaban gagal mengkonstrusi cinta dengan hadirnya pengamanan yang berlebihan. Manusia kehilangan rasa ramah. Mau tak mau ketidakpercayaan antara satu sama lain harus dibayar mahal dengan pengamanan. Padahal kita lupa sebuah falsafah yang mendunia bahwa cinta dapat mengubah segalanya, ataukah kita tak lagi percaya pada cinta?

BEM-F ADAB DAN HUMANIORA

Minggu, 01 September 2013

KisSA Akan Tampil di FTMI 9 S2UCP Palopo

Komunitas Seni Adab KisSA UIN Alauddin Makassar akan mengikuti kegiatan Festival Teater Mahasiswa Indonesia (FTMI) 9 Se Sul Sel Bar di Universitas Cokroaminoto (UNCOK) Palopo pada tanggal 3 s/d 9 September 2013. Pada FTMI 9 ini, KisSA akan menampilkan lakon "Dilarang Menyanyi Di Kamar Mandi" diadaptasi dari Cerpen oleh Gusmel Riyadh.

Dalam lakon ini menceritakan tentang suara yang "serak-serak bahasa" oleh seorang gadis yang mengguncang imajinasi para lelaki yang berkeluarga di sebuah gang. Dukung dan saksikan lakon mereka. 
FB KisSA
Blog FTMI
FB FTMI 9


Selamat Datang calon Manusia

"Saintis mendesain mesin, Guru-guru sibuk mencetak buruh, dan ahli dan penegak hukum hanya terfokus membangun penjara. Kampus tak lagi menciptakan manusia."




"Cinta dapat mengubah segalanya, ataukah kita tak lagi percaya pada cinta ?"