Kamis, 05 September 2013

THE DEATH OF ROMANCE

Spanduk Kritikan Penyambutan Mahasiswa Baru 2013
Sendi-sendi peradaban kini bergerak kaku,  lamban, dan terlampau mudah ditebak. Dunia telah kehilangan penyihir, dan peramalnya. Para tenung terkurung di antara gedung-gedung tinggi menjulang. Bintang-bintang kehilangan cahayanya di malam hari, dan di siang hari matahari hanya menciptakan bayangan tanpa kehangatan. Malam sebagai talang untuk berkontemplasi terganti oleh perbincangan abal-abal lewat jejaring sosial. Maka tak ayal para nabi begitu skeptik meramalkan abad kita ini tak akan lagi ada manusia yang bertemu jibril lewat mimpi. Sebab mimpi kita telah diatur sedemikian rupa untuk semata-mata mengejar kekayaan dan kehormatan.
Pikiran romantik pernah berkali-kali bereinkarnasi menantang kemapanan. Peradaban sesekali tersadar, merongrong pemimpin-pemimpin salim lalu kembali meredup seiring munculnya tirani. Romantik mengajarkan manusia agar tak perlu merasa takut karena mereka hidup di bumi manusia. Ia mengajarkan pula tentang cinta dan kasih pada sesama, mengerti hak masing-masing tanpa harus mengerahkan kekuasaan untuk menaklukkan dan merebut hak orang lain.
Pada mulanya adalah kata. Kata mengutarakan bahasa, dan bahasa tercipta untuk mengungkapkan perasaan cinta. Namun masa romantik telah kronis. Nafasnya tersengal oleh sumpalan laras, dan pentungan. Kata-kata kasar, gertakan, dan cacian telah menyelimuti kota. Manusia digunakan sebagai alat peradaban bukan tujuan. Saintis mendesain mesin, Guru-guru sibuk mencetak buruh, dan ahli dan penegak hukum hanya terfokus membangun penjara. Kampus tak lagi menciptakan manusia.
Ketakutan adalah pembunuh rasa kemanusiaan yang paling nyata. Kekerasan dan pembunuhan dilegalkan negara. Keluwesan berfikir manusia dipandang sebagai energi negatif yang mesti dibasmi. Sistem sekuriti diperketat. Perguruan tinggi yang diharapkan sebagai pabrik pencetak peradaban gagal mengkonstrusi cinta dengan hadirnya pengamanan yang berlebihan. Manusia kehilangan rasa ramah. Mau tak mau ketidakpercayaan antara satu sama lain harus dibayar mahal dengan pengamanan. Padahal kita lupa sebuah falsafah yang mendunia bahwa cinta dapat mengubah segalanya, ataukah kita tak lagi percaya pada cinta?

BEM-F ADAB DAN HUMANIORA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar