Spanduk Kritikan Penyambutan Mahasiswa Baru 2013 |
Sendi-sendi peradaban kini bergerak kaku, lamban, dan terlampau mudah ditebak. Dunia
telah kehilangan penyihir, dan peramalnya. Para tenung terkurung di antara
gedung-gedung tinggi menjulang. Bintang-bintang kehilangan cahayanya di malam
hari, dan di siang hari matahari hanya menciptakan bayangan tanpa kehangatan.
Malam sebagai talang untuk berkontemplasi terganti oleh perbincangan abal-abal
lewat jejaring sosial. Maka tak ayal para nabi begitu skeptik meramalkan abad
kita ini tak akan lagi ada manusia yang bertemu jibril lewat mimpi.
Sebab mimpi kita telah diatur sedemikian rupa untuk semata-mata mengejar kekayaan dan kehormatan.
Pikiran romantik pernah berkali-kali bereinkarnasi menantang
kemapanan. Peradaban sesekali
tersadar, merongrong pemimpin-pemimpin salim lalu kembali
meredup seiring munculnya tirani. Romantik mengajarkan manusia agar tak perlu
merasa takut karena mereka hidup di bumi
manusia. Ia mengajarkan
pula tentang cinta dan kasih pada sesama, mengerti hak masing-masing tanpa
harus mengerahkan kekuasaan untuk menaklukkan dan merebut hak orang lain.
Pada mulanya adalah kata. Kata mengutarakan bahasa, dan
bahasa tercipta untuk mengungkapkan perasaan cinta. Namun masa romantik telah
kronis. Nafasnya tersengal oleh sumpalan laras, dan pentungan. Kata-kata kasar,
gertakan, dan cacian telah menyelimuti kota. Manusia digunakan sebagai alat
peradaban bukan tujuan. Saintis mendesain mesin, Guru-guru sibuk mencetak
buruh, dan ahli dan penegak hukum hanya terfokus
membangun penjara. Kampus tak lagi menciptakan manusia.
Ketakutan adalah pembunuh rasa kemanusiaan yang paling
nyata. Kekerasan dan pembunuhan dilegalkan negara. Keluwesan berfikir manusia
dipandang sebagai energi negatif yang mesti dibasmi. Sistem sekuriti
diperketat. Perguruan tinggi yang diharapkan sebagai pabrik pencetak peradaban
gagal mengkonstrusi cinta dengan hadirnya pengamanan yang berlebihan. Manusia
kehilangan rasa ramah. Mau tak mau ketidakpercayaan antara satu sama lain harus
dibayar mahal dengan pengamanan. Padahal kita lupa sebuah falsafah yang
mendunia bahwa cinta dapat mengubah
segalanya, ataukah kita tak lagi percaya pada cinta?
BEM-F ADAB DAN HUMANIORA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar