Rabu, 14 November 2012

Kita Mau Jadi Seperti Apa ?

Irsan
“Menjadi pusat keunggulan akademik dan intelektual yang mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dan menjadi pusat pengembangan nilai-nilai akhlak mulia, kapasitas, potensi, dan kepribadian muslim Indonesia yang lebih berperadaban”

Mungkin kalimat diatas sering kita baca namun mungkin hanya segelintir orang yang tahu akan maksud dari kalimat tersebut. Kalimat yang begitu mulia ini adalah visi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Kalimat tersebut adalah kerangka kampus yang bersolek mewah nan indah ini sebagai landasan untuk melangkah mewujudkan frame visi UIN Kedepan. 


Sebagai sebuah perguruan tinggi yang tampil dengan nilai-nilai keislaman yang begitu khas, maka tak salah jika UIN Alauddin merupakan kampus yang hadir untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki nilai-nilai keislaman yang terintegrasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak hanya itu UIN Alauddin Sebagai salah satu kampus yang besar di daratan Indonesia bagian timur, memiliki peran yang urgen dalam mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu agama islam di pelosok-pelosok daerah pulau Sulawesi terkhusus di wilayah Sulawesi selatan. 

Pada tahun ini, tahun yang penulis istilahkan sebagai tahun pembentukan karakter di UIN Alauddin Makassar. Tentunya pembentukan karakter yang dicanangkan harus sejalan dengan visi diatas. Sudah saatnya civitas akademika (Baca: Mahasiswa, pegawai, dosen dan pimpinan) UIN Alauddin Makassar bersama-sama memiliki tanggung jawab dalam membangun karakter yang diharapkan. Dengan kebersamaan itulah yang kemudian memberi jalan untuk menatap prestasi dan mewujudkan kampus yang dapat menjadi pusat keunggulan keilmuan dan nilai-nilai keislaman. 

Menjadi pusat keunggulan akademik dan intelektual yang mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dan  Ilmu pengetahuan dan teknologi, kalimat ini menggambarkan UIN Alauddin Makassar adalah lingkungan pendidikan yang mengupayakan tercipta pusat keunggulan akademik dan intelektual yang mampu menguasai ilmu agama islam yang terintegrasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai studi yang didalami mahasiswa. Kampus sebagai medium proses pencerdasan bangsa melalui perwujudan tri darma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pendidikan bukan hanya melalui pengajaran, karena pendidikan berbeda dengan pengajaran, itulah sebabnya juga tidak disebut Dinas Pengajaran Nasional tetapi Dinas Pendidikan Nasional. Tampaknya kampus ini belum memaksimalkan pendidikan itu, jika diamati, ternyata sebagian besar dosen UIN Alauddin (Baca : Fakultas Adab dan Humaniora) nampaknya hanya sekedar mengajar namun belum mendidik. Proses pengajaran menurut pemahaman saya hanya sampai pada bagaimana menyampaikan bahan kuliah atau mentransfer ilmu, sedangakan proses pendidikan yang maknanya luas, tak hanya sebatas transfer ilmu akan tetapi keseluruhan pembentukan nilai-nilai yang luhur kepada subyek didikan. Selanjutnya pada proses pengintegrasian antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi, di UIN Alauddin Makassar, antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya belum terintegrasi sebab yang ada hanyalah penambahan mata kuliah agama bagi studi tertentu. Yang terbayangkan didalam pemikiran penulis, pengintegrasian itu adalah penjelasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditinjau dari perspketif ilmu agama islam atau sebaliknya dalam satu paket pembahasan, meskipun jika sepenuhnya ilmu pengetahuan dan teknologi itu terlahir dari sudut pandang yang jauh dari kaitan ilmu agama islam. Selain itu, kampus sebagai pusat keunggulan akademik diharapkan melahirkan riset atau penelitian yang dapat teraplikasi di masyarakat. Mengingat bahwa selama ini UIN Alauddin hanya dijadikan sebagai “gudang” riset ke-Islaman. Hasil penelitian yang terpajang di perpustakaan mestinya menjadi alat pengabdian kepada masyarakat sebagai solusi atas masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat sehingga label pusat keunggulan akademik tak hanya menjadi simbol belaka. Riset melalui program Gerakan Seribu Buku UIN Alauddin Makassar diharapkan tak hanya menjadi sekedar pelengkap untuk dikatakan sebagai kampus peradaban. Pengabdian kepada masyarakat adalah output dari pendidikan dan penelitian. Satu catatan penting juga ialah dari penjelasan visi UIN Alauddin Makassar, tidak dijabarkan secara spesifik bahwa ilmu-ilmu agama yang dimaksud adalah agama islam.

Menjadi pusat pengembangan nilai-nilai akhlak mulia, kapasitas, potensi, dan kepribadian muslim Indonesia yang lebih berperadaban, dalam kalimat ini menyiratkan makna UIN Alauddin mengupayakan tercipta karakter-karakter manusia muslim yang beradab dan berperadaban. UIN Alauddin mengemakan pencerdasan, pencerahan, dan prestasi sebagai sebuah motto kampus. Ketiga kata tersebut kemudian akan direalisasikan, salah satu upaya yang kita amati dengan program pembentukan karakter (Baca:CBP) yang baru dimulai beberapa minggu yang lalu. Membangun karakter mahasiswa adalah jalan untuk menjelaskan identitas kampus UIN Alauddin itu seperti apa. Namun harus menjadi kesadaran kolektif bahwa seluruh civitas akademika punya tanggungjawab dalam membentuk karakter baik mahasiswa, dosen, pegawai bahkan pimpinan. Jika selama ini mahasiswa cenderung dijadikan sebagai objek bukan subjek dari pendidikan, maka pembentukan karakter tak akan berjalan sesuai dengan harapan. Pembentukan karakter mahasiswa harus diseimbangkan dengan jalan memberikan porsi yang lebih besar kepada lembaga kemahasiswaan dalam membina mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan hard skill, soft skill dan life skill. Tujuan lembaga kemahasiswaan adalah membantu mewujudkan visi dan misi kampus, sehingga peran mahasiswa yang bernaung dalam lembaga kemahasiswaan perlu di optimalkan dalam membentuk karakter mahasiswa. Pimpinan kampus harus memikirkan posisi lembaga kemahasiswaan sebagai wadah pembentukan karakter mahasiswa yang lebih matang dan mahasiswa yang merdeka dalam berpikir dan bertindak. Jika selama ini ada kesan yang negatife muncul dari lontaran mahasiswa terhadap program CBP, mungkin argumen tersebut adalah sebuah keresahan dan kecurigaan terhadap birokrasi terlepas dari segala penafsiran-penafsiran. Tidak bisa kita pungkiri memang bahwa untuk membangun kampus ini diperlukan kerjasama dan kebersamaan seluruh elemen, maka kata civitas akademika tetap menggolongkan mahasiswa sebagai bagian elemen tersebut yang sangat urgen. Keterlibatan mahasiswa dalam sebuah visi kampus harus direspon, terlebih kepada mahasiswa yang tergabung dalam lembaga kemahasiswaan. Menafikkan peran pembentukan karakter mahasiswa oleh mahasiswa di lembaga kemahasiswaan sama dengan mematikan karakter mahasiswa. Karakter yang telah terbentuk akan tetap ada ketika ada wadah untuk mengaktualisasikan potensi mahasiswa. Kesadaran saling terbuka antara pimpinan dan mahasiswa itu penting. 

AKhirnya kita berharap kepada para seluruh elemen kampus ini, dapat bersinergi untuk menghasilkan output yang unggul demi mensejahterahkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap program perlu melibatkan seluruh elemen tersebut sebagai kerja kolektif dalam membangun kampus peradaban. Untuk membangun karakter melalui CBP, sebagai fasilitator atau mentor kita harus memiliki frame karakter yang telah melekat dalam diri mentor. Kita juga berharap lemabaga kemahasiswaan punya peran untuk membantu mewujudkan frame karakter itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar